| 0 komentar ]

(Bacaan : Matius 6:1-4)

Seorang kaya membangun gedung gereja, namun tidak menghendaki siapa pun memberikan sumbangan. Ia ingin dikenang sebagai pembangun tunggal gereja itu. Begitulah gereja itu berdiri dengan sebuah plakat yang menyatakan bahwa sang donatur adalah pembangunnya. Namun, suatu malam sang donatur kaya itu bermimpi. Seorang malaikat menghapus plakat itu dan menuliskan nama seorang janda miskin untuk mengganti namanya. Mimpi itu terulang dua kali. Saat terbangun, orang kaya itu segera memerintahkan agar janda itu dipanggil untuk memberikan penjelasan. Dengan gemetar janda itu berkata, "Paduka, hamba sangat mengasihi Tuhan dan sangat ingin terlibat dalam pembangunan gereja ini. Namun, karena umat sering menyebut angka yang besar-besar untuk membantu, saya hanya menyediakan tenaga untuk mengangkat minuman bagi para tukangnya."

Kisah di atas menggambarkan motivasi orang dalam memberikan persembahan. Ada yang memberi demi unjuk kedermawanan, agar tidak disebut orang kaya yang kikir. Ada pula yang memberi supaya dapat mengontrol gereja dan para gembala. Orang-orang seperti itu, menurut Yesus, sudah menerima upahnya (ayat 2).

Si ibu janda mewakili orang yang memberi berdasarkan kasih, bahkan dengan pengorbanan. Meski tampak remeh dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, pemberiannya juga sangat menentukan keberhasilan pembangunan gereja itu. Mari kita melihat kembali motivasi kita dalam memberi persembahan dan sumbangan. Apakah kita bersikap seperti orang kaya itu? Atau, seperti si janda miskin? PERSEMBAHAN KITA DITAKAR BUKAN BERDASAR JUMLAHNYA TETAPI BERDASAR KASIH DAN PENGORBANAN YANG MENYERTAINYA " (Yohanes 1:41).

REKENING PANITIA

BCA 801.009.0009 a/n Yohanes Purwanta